Mendidik Anak Untuk Mengoptimalkan Waktu Pagi
Mendidik Anak Untuk Mengoptimalkan Waktu Pagi ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 28 Rabiuts Tsani 1447 H / 20 Oktober 2025 M.
Kajian Tentang Mendidik Anak Untuk Mengoptimalkan Waktu Pagi
Oleh karena itu, ada waktu yang berkah, waktu yang tidak berkah, manusia yang berkah, harta yang berkah, dan seterusnya.
Salah satu waktu yang istimewa dari 24 jam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan adalah waktu pagi. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjukkan keistimewaan waktu pagi melalui doanya:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا
“Ya Allah, berikanlah keberkahan untuk umatku di waktu paginya.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Tirmidzi)
Pagi adalah waktu yang berkah untuk hal-hal kebaikan. Dahulu, orang tua sering mengingatkan, “Jangan tidur setelah Subuh, nanti rezeki dimakan ayam.” Ini menunjukkan kesadaran mereka akan keberkahan waktu pagi.
Waktu pagi istimewa karena:
- Udaranya masih segar.
- Pikiran masih jernih (fresh).
- Tubuh dan hati masih bersih, tidak seperti siang hari yang udaranya panas dan pikiran cenderung ikut panas.
Wajar jika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memohon kepada Allah agar waktu istimewa ini diberkahi. Tugas orang tua adalah mendidik anak-anak agar memahami keistimewaan dan menghargai waktu pagi. Sesuatu yang istimewa hendaknya diisi dengan kegiatan yang istimewa pula.
Mengisi waktu pagi dengan kegiatan remeh-temeh adalah hal yang tidak pantas. Orang tua memiliki tugas mendidik anak untuk mengoptimalkan waktu pagi. Terdapat tiga langkah utama yang perlu dilakukan.
Tiga Langkah Mengoptimalkan Waktu Pagi
1. Memberikan Teladan yang Konsisten
Orang tua adalah teladan (madrasah) pertama bagi anak. Keteladanan harus diberikan secara konsisten, bukan hanya sesekali.
Contoh Keteladanan:
- Bangun pagi-pagi sekali (Gasik): Orang tua harus bangun pagi-pagi sekali, jauh sebelum Subuh (misalnya jam 03.00), untuk memastikan ada waktu yang cukup membangunkan anak secara bertahap dan tidak terburu-buru.
- Melaksanakan Shalat Malam: Orang tua memberi contoh shalat malam, meskipun hanya shalat Witir satu rakaat.
- Melaksanakan Shalat Subuh: Bapak berangkat ke masjid, dan Ibu shalat di rumah.
- Mengisi Pagi dengan Kebaikan: Setelah shalat, lakukan dzikir pagi, tilawah Al-Qur’an, menyimak setoran hafalan anak, atau menyiapkan sarapan.
Bagaimana mungkin anak akan menghargai waktu pagi jika orang tua tidur lagi setelah Subuh, atau mengunci kamar dan sibuk dengan gawai? Orang tua bertanggung jawab penuh untuk mendidik anak menghargai waktu.
Penyebab Sulit Bangun Pagi: Sebab utama kesulitan bangun pagi adalah kebiasaan begadang (terjaga hingga larut malam). Jika orang tua tidur larut malam (misalnya jam 12.00 malam karena bermain gawai), maka mustahil bisa bangun segar pada jam 03.00 atau 04.00, karena waktu tidur baru sekitar tiga jam.
Solusinya adalah tidur lebih awal. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyukai tidur sebelum salat Isya (setelah Magrib) dan mengobrol setelah Isya. Beliau menyukai umatnya tidur lebih awal:
كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak suka tidur sebelum Isya dan mengobrol setelah Isya.” (HR. Bukhari)
Dengan tidur lebih awal, seseorang akan lebih mudah bangun pagi.
2. Menjelaskan Target Utama sebagai Visi dan Tujuan Anak
Anak membutuhkan penjelasan mengapa harus bangun pagi. Anak cenderung kritis dan membandingkan diri dengan teman-temannya yang bangun lebih siang atau bahkan terburu-buru ke sekolah dalam keadaan belum sepenuhnya segar. Oleh karena itu, orang tua perlu menjelaskan target utama sebagai visi dan tujuan anak.
Orang tua harus menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim, bangun pagi memiliki tiga target utama yang dikejar setiap hari:
- Ilmu yang Bermanfaat
- Rezeki yang Baik
- Amalan yang Diterima
Tiga tujuan ini bersumber dari doa yang dianjurkan dibaca setiap pagi:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima.” (HR. Ahmad)
Doa ini dibaca setiap hari, menunjukkan bahwa seorang muslim harus mengejar tiga target ini setiap hari, bukan hanya sesekali.
Penjelasan Target:
- Ilmu yang Bermanfaat: Ilmu yang membawa perubahan positif dalam kehidupan, misalnya mengubah kebiasaan tidur larut malam menjadi tidur lebih awal, atau mengubah kebiasaan membuang waktu pagi menjadi kegiatan yang produktif, seperti datang ke majelis ilmu. Kita perlu berintrospeksi setiap hari apakah sudah mendapatkan ilmu baru yang bermanfaat atau belum?
- Rezeki yang Baik: Selain urusan akhirat, seorang muslim juga mencari rezeki karena kebutuhan hidup di dunia (makan, minum, sandang, membayar tagihan). Namun, yang ditekankan adalah rezeki yang baik (thayyiban), yang berarti halal, bukan sekadar rezeki.
- Amalan yang Diterima: Setiap hari harus diisi dengan amalan seperti shalat, membaca Al-Qur’an, zikir, berpuasa, sedekah, berbakti kepada orang tua, menasihati anak, atau melayani pasangan. Semua amalan tersebut harus dilakukan dengan harapan diterima oleh Allah.
Orang tua menjelaskan kepada anak bahwa tujuan utama muslim bangun pagi lebih tinggi daripada sekadar mengejar uang, yang mungkin menjadi motivasi utama sebagian orang yang bukan muslim saat mereka bangun pagi.
3. Mengingatkan Saat Waktu Tidak Dioptimalkan
Langkah terakhir adalah mengingatkan anak ketika waktu pagi tidak digunakan untuk hal yang bermanfaat.
- Tidur Setelah Subuh: Ketika anak terlihat tidur setelah shalat Subuh, mereka harus dibangunkan dengan lembut, bukan dibiarkan. Anak perlu diingatkan, “Nak, jika waktu pagi ini tidak dimanfaatkan untuk kebaikan, kamu bisa kehilangan keberkahannya.” Kelembutan tidak berarti membiarkan anak melalaikan waktu.
- Kegiatan Tidak Produktif: Jika anak menghabiskan waktu pagi dengan bermain atau kegiatan tidak produktif lainnya di kamar, orang tua harus mengingatkan dan memberikan tugas bermanfaat, seperti membantu pekerjaan rumah (merajang bawang, mencuci piring, menjemur pakaian) atau berolahraga seperti jogging. Waktu pagi harus diisi dengan hal-hal yang produktif dan bermanfaat.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Mari turut membagikan link download kajian “Mendidik Anak Untuk Mengoptimalkan Waktu Pagi” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55708-mendidik-anak-untuk-mengoptimalkan-waktu-pagi/